29 Maret 2012

Rukun Iman Landasan Aqidah Islam

Iman
Isi dari enam rukun iman tersebut adalah beriman kepada Allah Subhanahu wa ta'ala,  para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari kemudian serta beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Ini merupakan sendi utama keimanan (kepercayaan) umat Islam kepada Tuhannya, serta kepada segala ketentuan-ketentuan-Nya.

Penjelasan tentang rukun Iman ini tertulis pada Al Qur'an. Hal tentang itu disebutkan Allah Subhanahu wa ta'ala dalam firman-Nya pada surah Al-Baqarah ayat 177:
surah Al-Baqarah ayat 177
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Terjemahan surah Al-BAqarah ayat 177)
dalam ayat lain Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
surah Al-Baqarah ayat 285
"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (Terjemahan surah Al-Baqarah ayat 285)
Adapun, iman kepada takdir disebutkan dalam firman-Nya pada surah Al-Qamar ayat 49:
surah Al-Qamar ayat 49
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Terjemahan surah Al-Qamar ayat 49)

Ayat 49 surah Al-Qamar ini menerangkan bahwa seluruh makhluk yang ada ini adalah ciptaan Tuhan, diciptakan-Nya menurut kehendak-Nya dan ketentuan-Nya disesuaikan dengan hukum-hukum yang ditetapkan-Nya untuk alam semesta ini. Ketentuan Allah untuk seluruh yang ada sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya. Taqdir ini kembali kepada kodrat (kekuasaan) Allah, sesungguhnya Dia atas segala sesuatu maha kuasa, dan berbuat apa yang dikehendaki-Nya. 
(Catatan tambahan: Tentang takdir ini Insha Allah akan saya coba bahas pada kesempatan yang lain)

Hadist tentang rukun iman ini diceritakan oleh Sahabat Umar bin Khaththab Radiallahu anhu dengan cukup panjang, yang isinya sebagai berikut :
Pada suatu hari ketika kami (para sahabat) sedang berada di hadapan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang lelaki yang berpakaian sangat putih dan berambut hitam pekat. Pada diri lelaki itu tidak terdapat tanda bekas perjalanan dan tiada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia langsung duduk di hadapan Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam. Seraya menyandarkan kedua lututnya kepada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri. Ia bertanya, “Hai Muhammad, ceritakanlah kepadaku tentang Islam.”Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Islam ialah hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; menunaikan zakat; berpuasa pada bulan Ramadhan; berhaji ke Baitullah apabila engkau mampu mengadakan perjalanan kepadanya.”Ia berkata, “Engkau benar.”
Sahabat Umar RA mengatakan, “Kami heran terhadapnya, ia bertanya tetapi juga membenarkan.”Selanjutnya lelaki itu bertanya kembali, “Ceritakanlah kepadaku tentang iman.”Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kemudian dan hendaknya engkau beriman kepada takdir yang baik dan takdir yang buruk.”Lelaki itu mengatakan, “Engkau benar.”
Ia bertanya kembali, “Ceritakanlah kepadaku tentang ihsan.”Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat-Mu.”Lelaki itu bertanya kembali, “Ceritakanlah kepadaku tentang hari Kiamat,”Rasul Sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Orang yang ditanya tidaklah lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.”Lelaki itu mengatakan, “Ceritakanlah kepadaku tentang tanda-tandanya.”Rasul Sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Manakala budak sahaya perempuan melahirkan tuannya, dan bila engkau melihat orang-orang yang tidak berterompah telanjang miskin lagi penggembala kambing mulai berlomba-lomba saling tinggi-meninggi dalam bangunan.”
Sahabat Umar melanjutkan ceritanya, “Kemudian lelaki itu pergi dan aku tinggal sendirian selama beberapa waktu.”
Setelah itu Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku, “Hai Umar, tahukah engkau siapa orang bertanya kemarin?”Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril yang sengaja datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian.”
(HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan an-Nasa’i)
Sebagai seseorang yang mengaku beragama Islam wajib untuk mengimani/meyakini rukun iman ini, jika tidak maka ke-Islam-an nya akan diragukan, seperti firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam surah An-Nisa ayat 136:
surah An-Nisa ayat 136
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (Terjemahan surah An-Nisa ayat 136)
Baca juga >> Iman kepada Kitab-Kitab Allah Subhanahu wa ta'ala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar